Mbah Marijan

Mbah Marijan Kemampuan Mbah Maridjan di bidang gunung api dinilai pakar vulkanologi bukan dari ilmu gaib. Mbah Maridjan bahkan diakui sudah seperti pakar vulkanologi.

Mbah Marijan Meninggal Associate Profesor Teknik Geofisika ITB, Teuku Abdullah Sanny menilai tidak aneh jika Mbah Maridjan mengetahui fenomena yang terjadi di Gunung Merapi. Hal itu karena dia sangat paham dengan fenomena yang ada di sekitarnya sehingga sudah seperti vulkanolog.

"Dia seperti vulkanolog saja seperti saya. Jadi dia hafal mengenai seluk beluk Merapi. Kalau orang bilang ia punya ilmu macem-macem saya tidak percaya," katanya kepada INILAH.COM saat dihubungi dari Jakarta.

Ia menambahkan Mbah Marijan tanpa disadari sudah menyerap ilmu-ilmu kegunung apian itu. Ia mencatat hal-hal penting dalam otak seperti halnya vulkanolog yang hafal karena perkerjaannya mengamati dan melihat fenomena yang ada.

Sanny juga menyatakan tak percaya Mbah Maridjan punaya ilmu gaib. "Saya tidak percaya ia punya ilmu-ilmu yang aneh. Sama seperti Mbah Maridjan, ia juga berupaya menjadi ilmuwan. Jadi saya nggak percaya ia punya ilmu macem-macem," katanya.

Sementara menyangkut prediksi Mbah Maridjan yang salah hingga tewas bersama belasan orang lain, Sanny menilai ada dua penyebab. Pertama karena Mbah Marijan juga manusia. Kedua, memang sudah saatnya menghadap sang khalik.

"Vulkanolog seperti saya sendiri juga bisa salah kok, kata Profesor di ITB ini. Namun Sanny menyayangkan Mbah Maridjan dan keluarganya tinggal di daerah tempat lava lewat. Akibatnya rumah Mbah Maridjan terkena letusan Gunung Merapi. "Bagaimanapun tempat lava seharusnya dihindari."

Gunung Merapi termasuk dalam strato volcano di mana gunung ini menghasilkan letusan dan aliran lava. Peta aliran lava dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) sebenarnya sudah sudah ada sehingga seharusnya masyarakat sudah tahu mana tempat aman dan tidak.

Geolog Senior Indonesia Awang Harun Satyana sependapat jika Mbah Maridjan dikatakan sebagai vulkanolog. Karena sejak kecil Mbah Maridjan memang tinggal di daerah itu dan paham seluk beluk Merapi.

"Ambil saja siklus meletus tiga tahunan, usia dia sekitar 84 dibagi 3 berarti Mbah Maridjan kurang lebih sudah mengalami letusan sebanyak 26 kali," katanya. Ia menganggap wajar jika Mbah Maridjan mengetahui tanda-tanda alam, kapan gunung Merapi akan meletus dan seberapa besar letusannya.

Sementara yang membedakan Mbah Marijan dengan vulkanolog akademis adalah arah pengukuran datanya. Selain juga melihat sejarah riwayat gunung itu. "Jadi saya rasa bisa juga Mbah Maridjan dikatakan sebagai vulkanolog," imbuhnya.

0 komentar:

Posting Komentar